Sunday, June 3, 2012

blak-blakan pendidikan

gak tau harus mulai dari mana, sesuai dengan judulnya, saya akan membahas tentang pendidikan di negara ini, Indonesia. murni, ini pemikiran tanggapan saya. ga maksud ada pencucian otak. saya, di usia 15 sekarang, dan sekarang udah gak sekolah lagi, sedari umur saya 13 kurang 3 bulan. saya bukan DO, saya bukan males tapi saya resign dari sekolah.
mungkin ga perlu saya jelasin dengan detail mengenai awal resign dari sekolah, yang bakal saya singgung disini hanya kulit-kulitnya doang.

sewaktu saya smp kelas 2 semester 2, umur 13 tahun. saya kembali aktif sholat di masjid (ciyee) masalah sholat di masjid ini sih udah lama saya lakoni, yaa mungkin dari 3 sd, berhubung temen sd saya juga ada yang rajin ke masjid :) nah, setelah habits lama itu bersemi kembali saya dengan sendiri nya 'disadarin' bapak waktu itu untuk ngikut menghafal qur'an bersama di masjid ba'da subuh. setelah ikut ngaji, ngafal akhirnya si bapak sama temen-temennya diskusi tentang gimana pendidikan saat ini, begini dan begitu *gaperlu detail kali yaaa* akhirnya berhentilah saya (baca : Resign)  bersama si akbro (adik kelas di sd, yg juga sama-sama menghafal di masjid, saat itu dia smp kelas 1) dan ke-2 mbak-mbak-ku yang sama-sama waras, kami resign dari sekolah masing2, kelas 1 SMA umur mereka ber-2 itu sama, 15 tahun pada waktu itu (2010), entah keberanian apa yang kami pilih untuk resign dari sekolah masing-masing padahal 'kami' hanya mengikuti pertemuan itu selama 3 hari, -yaa pertemuan 'pengsadaran' pendidikan sekarang- dan ketika hari Ahad kami ditanyain pada mau sekolah dimana senin besok, dengan kompak dan kepolosan, serta ketidakraguan  dengan otak yang jernih kami mantap menjawab 'DISINI' di masjid, di rumah, taman ataupun apa, kami siap berkelana :P

*kayaknya kita mulai masuk segmen awal ini* sebelumnya sya minta maaf kalau ada yang ter sungging singgung, cerita (pengalaman) ini beneran real nyata dan hidup. oke selamat membaca, sebelumnya siapin air, buat sembur lepi kalau ada bentuk keprotesan. eh garing ya. yodah.

saya langsung aja kali blak-blakan pendidikan, sering saya nyari jurnal-jurnal di internet dan pernah terpesona dengan judulnya yang sampai saat ini masih membuat bingung, bayangin orang-orang yang kuliah lama-lama, belajar ini-itu, ehh hasil akhir dari tugasnya atau biasa disebut skripsi adalah "Analisa Zat Pewarna Pada Sirup"  itu, ya Allah, sewaktu saya liat bisa dikata, shock. apa gak cukup di baca aja di google? kalian 
ga percaya kalau itu beneran? coba deh nyari "contoh skripsi" di google dan temukan, masih banyak kok skripsi untuk dapat S1, judul dan isinya kaya gitu, nyaris sama. mirip. maaf sekali lagi tapi saya disini mau ngungkapin tanda tanya besar, dan lagi gimana coba lama-lama jauh belajar, tk sd smp sma ehh kuliah malah milih sastra Bahasa Indonesia? sastra, oke, kita hidup di indonesia yang sangat menanamkan Pancasila, menanankan kebebasan yang di atur oleh UUD. bahasa indonesia itu penting, indah, tapi ya, kalau kuliah bahasa indonesia mau di apain lagi? sastra yang baik itu praktekin aja bahasa indonesia, penerapan berbahasa yang baik cukup dengan kebiasaan bukan? dibutuhkan kejiwaan untuk mendalami sastra. sekolah lama-lama untuk sastra aja bikin pusing. :P uu ya Allah, gimana juga coba, pernah ngebayangin kuliah Farmasi tapi ga pernah pegang alat-alat farmasi? katanya sih neliti, neliti juga peneliatian punya orang. apa ga repot nanti ilmunya kegantung gitu? kasian kan udah 'kita'/kamu disini belajar giat tentang farmasi, hasil skripsi juga tiruan skripsi orang-orang terdahulu, lihat daftar pustakanya, kalau ga percaya. berarti intinya hanya menyalin apa yang ditangkap dari buku yang dibaca. kenapa tadi saya bilang kasian ilmunya digantung karena kenapa ga sekalian penelitian aja? pan kita udah punya banyak 'Teori' nah sekarang tinggal 'Praktek' dan yakin jawaban dasar dari penyataan ini pasti-lah Dana. "aduh, ilmu itu memang mahal" kalau kata-ku. saya disini diblog saya bukan ngerasa paling hebat diantara semua. tapi cukup nge-share aja beberapa point yang sangat penting.
sekali lagi kasian kita yang kuliah tapi gak pernah di ajarin ber-praktek-ria. karena dana. pikirkan ya, pemerintah ga geleng kepala pada saat dimintai anggaran perbaikan kota, tapi cukup berpikir banyak kali untuk anggaran biaya Alat dalam praktek diperkuliahan. gimana mau maju kalau anak bangsa mau praktek agar bisa menghasilkan suatu produk saja masih tertahan. sekali waktu saya juga sempat mikir, pada peradaban islam yang maju itu, orang yang ingin nuntut itu ga pakai biaya, ga ngeluarin biaya. kenapa kita sekarang ga nerapin aja contoh Rasulullah terdahulu? -kayaknya saya enak omongnya ye? afwan.


nah, sekarang saya  mau bertanya pada mbak mas kakak gimana rasanya kuliah? apa udah punya tujuan setelah ini? atau masih memikirkan kerja dimana mungkin?
kenapa mesti jauh berfikir? sedangkan kurikulum yang diberikan di kampus bahkan sekolah itu sama saja mungkin konsepnya, dari dulu sampai sekarang. "berarti kalau ga nyari tambahan ilmu, ilmu kita semua sama aja dong, kan yang diajarin juga sama. tapi kok ada yang hebat?"
"ya. tetapi yang membedakan hanya pemahaman dan penangkapan dalam pembelajaran, dan bisa jadi teman anda yang hebat itu tidak hanya mengikuti kurikulum pendidikan yang ada sekarang, berarti teman anda itu cerdas, paham bahwa pengembangan ilmu itu harus." bingung? berarti sy belum berhasil.*ehh

coba-lah melihat ke sekeliling, banyak orang yang berhasil, banyak. kebanyakan orang yang berhasil tsb kuliahnya itu ga sesuai dengan apa yang dilakoninya sekarang. beneran deh. 
sempet juga saya nulis curcol-an di twitter bahwa "yang menjanjikan itu bukan gelar, biar Allah saja yang memberikan kita gelar, orang yangber-ilmu dapat menaikkan derajat" coba juga ngebayangin *maaf saya suka nyuruh untuk ngebayang-bayang* sedih saya dengar pembantu tetangga sebelah rumah itu ternyata S1, ya, dia hebat punya gelar, tapi apa memiliki ilmu?

iya bener deh, serius ngapain coba jauh-jauh belajar ini dan itu? di pelajaaaaaaarrii semua sedangkan yang kepake cuman satu, "ii tapikan kita mau cari pengalaman" oke, pengalaman dalam belajar itu sangat penting, dan paling berharga, tentu saja mahal. kalau saya jawab begini "ya lu, belajar aja apa yang lu cita-citain apa yang ada di visi (jangan-jangan ada yang belum punya visi nih disini?:P) setelah itu lu belajar dengan tekun, fokus! bisa satu baru pindah yang lain. ibarat menghafal Al-Qur'an, satu Surah dulu setelah bener-bener mantap baru pindah ke Surah yang lain. Al-Qur'an aja turunnya ber-angsur-angsur gak langsung sekalian. gimana kita yang mau langsung belajar ini, belum kelar pengen lagi belajar itu. belum juga kelar mau nambah belajar babibu.
-one by one. selogan yang sering kita jumpai

sekarang ya coba, hitung berapa jumlah pendaftar ke kuliah-an dalama setahun? di universitas terbaik kota saya ini saja, mencapai 22.061 orang itu baru dari tahun 2011, nah sekarang ga mungkin semua bisa keterima, terus sisanya kemana dong? masa pengangguran lagi, "engga dong, kita daftar lagi" oiyaa daftar untuk tahun depan kan ya? baiklah, tapi apa coba anda berhitung lagi, apa tahun depan ga ada pendaftaryang lain? dan lagi ya, tahun yang bersamaan ribuan mahasiswa/i yang udah sarjana *cieeeee* dengan bersamaan pun mereka diwisuda, bersamaan keluar dari kampus mencari lapangan kerja tapi sayang ga bersamaan keterima di tempat kerja, atau bahasanya ada yang kantoran, ada yang pengangguran, sedih bukan? coba pikirkan gimana kalau yang pengangguran itu nerapin ilmunya disitu? buat apa kek yang berguna, alat misalnya, elektronik atau apa, yang berguna untuk semua. "kalau jurusannya ga teknik gimana?" ya itu sudah, visi dulu baru belajar kalau gini kan repot, tapi apa mau dikata, hidup udah panjang umur makin tua ga ada yang dihasilkan. sekarang belum terlambat, perkuat skill yang ada, pelan-pelan masuki ilmu yang anda ingin ketahui, kursus misalnya. bisa jadi alat atau apapun yang ingin anda buat itu membutuhkan skil khusus. yang penting jangan terus menerus menjadi konsumen, kita secara ga sadar udah dikontrol oleh elektronik, peradaban tepatnya. setelah banyak produk ga ada lagi pengangguran. iya. semua sibuk bekerja.
jadi manusia konsumen itu menyedihkan, bayangin mereka-mereka aja bisa membuat elektronik, alat dsb. dan kita? sedihnya lagi yang udah kuliah sekian tahun tapi ga menghasilkan 1 produk aja. karena sebelumnya 'belum' adanya rancangan tujuan dari kuliah itu sebenarnya, dan arah kemana setelah itu.

bagi saya dan temen-temen, pendidikan (di negara ini) berbelit-belit, harus ada ijazah-lah. yang ada angka-angka nya --tapi belum tentu itu asli, nyaris asli, bahkan sama sekali ga asli. kalian tau ijazah kan? pasti-lah, ijazah. satu kata yang menjadi incaran bak primadona, malang nasib mu jah (baca: ijazah) menjadi incaran, yang membuat pengincar bisa aja bahkan berbuat curang untuk memiliki-mu, ckck jah, kamu pernah mikir ga gimana nasib orang yang bener-bener merasa bodoh-bodohan sama ilmu tapi melihat angka yang tertulis di-dirimu itu bagus karena curang mungkin merasa dirinya biasa-biasa aja dengan 'NILAI' ga kasihan sama orang itu?! 
saya juga ga habis mikir gimana pemikiran orang-orang  nyang kalau angkanya tinggi di ijazah orang-orang pada memuji "weeettss nem nya berape?" ckck penanya yang cerdas itu yang bisa membuat para 'pengejar' ijazah itu kecele, ga maksud meng-ecelekan juga sih cuman biar kita tahu murni gaaaaa? misal, "ijazah lu nem nya sekian ya? ajarin saya dong, yang mtk pergabungan fisika itu gimana sih rumusnya kalau mencari volume yang menguap dalam seper menit dalam ruang sekian? terus bahasa indonesia yang nemuin siapa/pemakai pertama? sejarahnya kaya apa? kok bisa berubah ya yang dulunya kata Jang dan sekarang adalah Yang? oiya, mata itu membutuhkan vit.A kan? terus kandungan asam amino di retina apa yah? dan rumus bangun asam aminonya apa, apa kaitannya dengan vit.A atau sama aja?
nah, gitu kalau cerdas (ehhh)

mbak Ina cerita, baru-baru ini main ke Restorant disebuah mall *novel banget* resto itu terbilang mahal, yaa sampai si mbak ina ini minumnya aja milih teh botol. mbak ina melihat 2 orang yang ditaksir umurnya kira-kira seusia saya, 15 tahunan, duduk dimeja yang disediakan untuk 4 orang, berhubung 2 kursi lainnya ga ada penghunia si 2 orang anak 15 tahun dengan enteng ngangkat kaki dikursi yang tak berpenghuni. ckck setelah itu masing-masing tenang, terlihat ga begitu berisik sih, hanya sibuk dengan gadget masing-masing. ngebyangin ga lepi macbook terbuka dengan lebar diatasmeja, sedang si pemilik sibuk dengan gadget lain iPad ditangan. ckck stelah itu mereka mesen juice yang mahal itu dan kemudian lagi dengan ga mikir sopan santun manggil mbak-mbak penjual minta bill. ga malu sama ibu-ibu yang jalan dengan sendirinya ke kasir. oke ini norak menurut anda-anda yang baca tapi coba pikir dengan pikiran jernih, gimana sangat hedonnya negara saat ini, dimana juga sopan santun yang terletak pada diri bangsa ini? ini aja baru 2 orang di sebuah resto? gimana kalau semua anak sekolah kelakuannya kaya gini? boros, hedon ga sopan, apa ga sedih ngebayangin gimana nantinya? masih banyak kali kelakuan anak sekolah smp/sma yang kelakuannya seperti itu. di Mall-Mall sangat banyak, dengan gampangnya ngabisin duit orang tua. ini semua perbuatan sia-sia karena apa? karena mereka hanya mikir untuk 'Membeli' sama sekali ga terlintas dipikiran bahwa 'Saya Harus Membuat' tidak, kalau tidak percaya coba aja tanya sendiri. pada diri andalah dulu, tanyalah.

 pelajaran itu ga berlangsung lama tinggal dikepala, menghilang dengan sendirinya. kenapfa? disekolahan, maaf. sistem maksdunya, kita ga diajarin penerapan ilmu, kok saya harus belajar ini? lho ini dipelajarin untuk apa? pelajaran ini digunakan sebagai apa? dan kita ga langsung menggunakannya. disimpan aja terus, mau sampai kapan?
tanya orang tua anda, pelajaran apa yang diingat pas smp? ingat? yakin ga semua diingat dengan sempurna bahkan gada sama sekali, kenapa? karena itu tadi, ga adanya penerapan ilmu, seperti yang saya bilang tadi, di pelajariiii aja semua, lantas ga ada yang diterapin satu-pun, dengan sempurna pun pelajaran itu akan hilang dengan berjalannya waktu, sang ilmu merasa ga dibutuhin, lebiih baik pergi katanya ketimbang sama sekali ga pernah di singgung-singgung tentang dirinya:)

kawan yang budiman maaf banget kalau ada kata yang kurang baik. dan jika ada hikmah Alhamdulillah ambillah. kebaikan semuanya dari Allah. semoga kita semua selamat dunia dan akhirat. ilmu yang berkah juga yang dipakai berjuang dijalan Allah.

mengubah suatu pendidikan yang sudah kaku ini, tentu bukan lah hal yang mudah. kita harus merubah sistem, tidak menyalahkan pendidikan sekarang. Sistem.
ubahlah dari diri, keluarga, sahabat, baru mengajak kalangan yang lain. sekian dari Nun Adenin, saya diisni sekali lagi bukan yang paling hebat, bukan yang paling 'WAW' selagi masih waras, saya mau menyampaikan ini semua. murni kita juga ga memberontak ke pemerentah tentang pendidikan. biarkan kami membuatnya/membangun nya dulu, agar menjadi contoh kepada yang lain. susah kalau terlalu banyak protes sana-sini sedang diri sendiri masih asyik bergelut dengan keprotesannya.

Makassar, 03 Juni 2012
10.31 pm dimeja panjang




No comments:

Post a Comment

a trail bisa dooonnngg :D